Jumat, 31 Desember 2010

LANDASAN PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN


1.      Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan
Landasan psikologis pendidikan yang termasuk ke dalam landasan ilmiah pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

2.      Perkembangan Individu dan Faktor yang Mempengaruhinya
A.     Perkembangan Individu
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secaara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal.
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis.
Sedangkan belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik). 
Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan. Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
-             Perkembangan terjadi secara terus menerus hingga manusia meninggal dunia
-             Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda
-             Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya
-             Arah perkembangan individu dapat diprediksi
-            Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.

B.     Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
1.      Nativisme. Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel
2.      Empirisme. Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B.Watson
3.      Konvergensi. Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst

3.      Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan Pendidik
A.      Tahap dan tugas perkembangan individu.
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil (anak adalah orang dewasa mini) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa.
Robert Havighurst (1953) membagi perkembangan individu menjadi empat tahap, yaitu masa bayi dan kanak-kanak kecil (0-6 tahun), masa kanak-kanak (6-12 tahun), masa remaja atau adoselen (12-18 tahun), dan masa dewasa (18 -…tahun). Selain itu, Havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan (development task) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut:
1.      Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil (0-6 tahun):
2.      Tugas perkembangan Masa-masa kanak-kanak (6-12 tahun):
3.      Tugas perkembangan masa Remaja / adoselen (12-18 tahun) :
4.      Tugas perkembangan pada masa Dewasa (18-…)
5.      Masa dewasa awal:
6.     Masa dewasa tengah umur:
7.      Tugas perkembangan usia lanjut.

Yelon dan Weinstein (1977) sepakat bahwa perkembangan individu berlangsung secara bertahap. .Pernyataan ini didasarkan pada karya tokoh-tokoh sebelumnya yang menerangkan perkembangan jenis-jenis tingkah laku dalam kebudayaan Barat pada umur yang bervariasi, perkembangan tingkah laku tersebut diantaranya yaitu:
1.      Perkembangan jenis tingkah laku masa anak kecil (toddler)
2.      Perkembangan jenis tingkah laku masa Pra sekolah (Prescholler)
3.      Perkembangan jenis tingkah laku masa Remaja awal (Early adolescense)
4.      Perkembangan jenis tingkah laku masa Remaja akhir (late Adolescense)

B.     Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik
(Orang Dewasa) yang diharapkan
Sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (1977), implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan dalam rangka membantu penyelesaian tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut :
1.         Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak kecil.
2.         Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolah.
3.         Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak.
4.         Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal..
5.         Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja akhir.
CBSA
PENGERTIAN PENDEKTAN CBSA.
            Pendekatan CBSA adalah keaktifan pebelajar dalam proses pembelajaran, namun bukan berarti bahwa pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran, utamanya guru tidak perlu aktif. CBSA menekankan keaktifan semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses tersebut dapat tercermin dalam kegiatan :
1.         pengkajian.
2.         pelatihan .
3.         penghayatan.

            Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik. Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a.       Dimensi subjek didik.
b.      Dimensi Guru
c.       Dimensi Program
d.      Dimensi situasi belajar-mengajar.

PRINSIP PENDEKATAN CBSA
Terdapat sejumlah prinsip belajar yang haru diperhatikan agar proses belajar itu dapat berhasil dengan efisien (berdaya guna) dan efektif (berhasil guna). Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.      Prinsip motivasi.
2.      Prinsip latar
3.      Prinsip focus
4.      Sosialisasi.
5.      Belajar sambil bekerja.
6.      Individualisasi.
7.      Menemukan.
8.      Pemecahan.

Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagi keterampilan memproses perolehan dalam pembelajaran itu.  “keterampilan memproseskan perolehan adalah suatu konsep terlaksana yang dapat membantu kita untuk menarapkan cara belajar siswa aktif (CBSA)”
beberapa manfaat yang dapat dicapai dalam menerapakan keterampilan proses dalam pembelajaran, yaitu :
1.      siswa akan mendapat pengertian tentang hakekat ilmu pengetahuan.
2.      Siswa bekerjadengan ilmu pengetahua, tidak sekedar bekerja dengan ilmu pegeahuan.
3.      Siswa secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan.

JENIS-JENIS KETERAMPILAN PROSES.
Terdapat berbagi keterampilan proses yang perlu diterapkan dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses itu. Menurut Conny Semiawan, dkk 1985: 19-34, Moedjiono dan Moh. Dimyati 1992/1993 : 15-19. Adalah sebagai berikut :

1.      Pengamatan.
2.      Perhitungan
3.      Pengukuran
4.      Klasifikasi
5.      Pengenalan Ruang/Waktu
6.      Pembuatan Hipotesis.
7.      Perencanaan Penelitian Experimen
8.      Pengendalian Pariabel.
9.      Interprestasi Data.
10.  Kesimpulan Semetara
11.  Peramalan
12.  Penerapan.
13.  Aplikasi.


TUJUAN KETERAMPILAN PROSES.
guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh ilmuwan. Selain itu, melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa, di mana kepribadian siswa yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan ke jalur profesi apapun yang diminatinya.

RANAH TUJUAN PEMBELAJARAN
Ranah adalah suatu kompleks, yang mencakup berbagai metode prosedural, model konseptual dan teori. Belajar adalah proses aktif dalam diri seseorang untuk mengubah perilakunya. Aspek perilaku yang akan diubah mencakup tiga ranah yaitu (1) ranah kognisi (cognitive domains), (2) ranah sikap (affective domains), dan (3) ranah tindakan atau keterampilan (psychomotoric domains). Dalam praktek pembelajaran ketiga ranah itu bisa jadi memiliki output derajad yang timpang. Umumnya tertinggi pada tahapan kognitif lalu disusul ketrampilan, dan terakhir ranah sikap.

STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN.
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
DASAR PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN.
Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan.
1.      Tujuan Pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
1.      Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
2.      Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformance siswa.
3.      Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance-nya.
4.      Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar).
2.      Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa.
3.      Integritas Bidang Studi.
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor.
Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya:
1.      interaktif
2.      Inspiratif.
3.      Menyenangkan.
4.      Menantang
5.      Motivasi.

4.      Alokasi  Waktu Dan Sarana Penunjang.
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
5.      Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
6.      Pengalaman Dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun.

HAKIKAT DAN LANDASAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1.    PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
2.    TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Adapun tujuan pembelajaran kooperatif menurut Arends dalam Ratumanan (2002) adalah:
A.    Prestasi akademik.
B.     Penerimaan Akan Keanekaragaman
C.     Pengembangan Keterampilan Sosial
3.    LANDASAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara mahasiswa serta antara mahasiswa dan dosen merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Di samping itu ada beberapa hal yang menjadi landasan dari pembelajaran kooperatif:
A.    KOMPETENSI
B.     MATERI
C.     PROSEDUR PEMBELAJARAN
D.    EVALUASI
4.    UNSUR-UNSUR PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif, terdapat lima unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:
A.    Saling Ketergantungan Secara Positif
B.     Tanggung Jawab Individu
C.     Interaksi Tatap Muka
D.    Keterampilan-Keterampilan Kolaboratif
E.      Pemrosesan Interaksi-Interaksi Kelompok (Santyasa, 2005). Jacobs Et A.
Model Pembelajaran Kooperatif
1.    PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelomponya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan permasalahan.
2.    Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1994) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan, yaitu :
A.    Hasil belajar akademik
B.     Penerimaan terhadap perbedaan individu
C.     Pengembangan keterampilan social
D.    Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

3.      Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Indikator
Aktivitas Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas
5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.

Yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan model pembelajaran kooperatif di kelas, diantaranya:
1.      pilih pendekatan apa yang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dll.
2.      Pilih materi yang sesuai untuk model ini
3.      mempersiapkan kelompok yang heterogen
4.      menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa merencanakan waktu, tempat duduk yang akan digunakan.


Tidak ada komentar: